Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Rahasia di Balik Degupan Jantung

29 Maret 2024   07:58 Diperbarui: 10 April 2024   05:12 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://health.kompas.com

Saya akan sedikit bergeser menjauh dari nada anekdotal yang mengundang senyum. Menyitir apa yang sepintas lalu saya tulis dalam Benarkah Manusia Diciptakan dari Tanah (Liat)?, manusia pada awal fajar terciptanya di bumi boleh jadi mengalami fase layaknya kecambah tumbuhan. Ada fase di mana kita muncul dari perut bumi berupa kecambah manusia. Tanah lumpur yang merupakan rahim pertama kita ini barangkali sedikit banyak mengingatkan kita kepada teori Sup Primordial yang digagas Alexander Oparin dan John Haldane. Sup primordial diyakini mengandung bahan penyusun bentuk kehidupan pertama di bumi. Menurut teori sup purba, sup purba mengandung molekul organik kecil (monomer) dan molekul organik kompleks (polimer) yang terbentuk dari bahan anorganik di atmosfer primitif. Namun, bedanya, secara pribadi saya tidak menerima sepenuhnya teori evoluasi Darwinian. Jadi hemat saya manusia punya jalur evolusi tersendiri sebagai makhluk hidup lainnya.

Fase kecambah manusia pada awal fajar keberadaannya sebagai makhluk Bumi - dan ini mendorong saya untuk menyebut generasi pertama kita sebagai Manusia Kecambah - yang barangkali disinggung dalam QS Ad-Dahr dengan siratan 'sebagai sesuatu yang tidak layak untuk diingat atau disebut manusia'. Sulit untuk diterima oleh kita sebagai ras superior di muka bumi dengan gelar mentereng Khalifah fil-ardh (wakil Tuhan di muka bumi). Dan ke arah ini pula siratan dari ayat ke-17 Surah Nuh Wallahu anbatakum fil-ardhi nabaatan  yang terjemah literalnya dalam bingkai Manusia Kecambah kita seakan berbunyi "Dan Allah menumbuhkan kalian dari bumi dengan layaknya tumbuhan". Untuk pendekatan tafsir yang standarnya dapat dipelajari pada tautan ini.

Dua paragraf ini saya yakin akan menghapus seyum yang sempat terlukiskan saat membaca dua kisah anekdotal sebelumnya. Kita pernah memiliki kemampuan untuk bernafas seperi halnya tumbuhan sebelum kemudian secara sempurna bisa bernafas seperti sekarang ini. Dalam hal ini kita terhubungan dengan tumbuhan dan dengan bumi. Setelah sebelumnya degup jantung kita terhubungan dengan supernova.

Inilah nasihat yang diberikan Allah melalui Surah Ad-Dahr yang berarti waktu. Surah Ad-Dhar uniknya disebut juga Al-Insan yang artinya manusia. Dua nama yang disandang surah ini seakan memberi nasihat kepada kita bahwa manusia adalah makhluk yang berwaktu. Seiring waktu ia pernah begitu lemah, menjadi kuat dan untuk kemudian kembali lemah. Ia tunduk kepada waktu. Ia tidak berhak untuk bersombong diri. Tetapi bila manusia bijak dalam berwaktu maka ia akan meraih kesempuraannya sebagai manusia. Sebab Allah SWT Sendiri menyebut Diri-Nya Sang Kala sebagaimana riwayat berikut:

Laa yasubbu ahadukumud-dahra fa innallaha huwad-dahru

“Janganlah salah seorang di antara kalian mencela Ad-Dahr karena sesungguhnya Allah adalah Ad-Dahr (Sang Kala) (Sahih Muslim 2247a)"

Rahasia di Balik Satu Degupan

Di hari yang ke-18 Ramadan, saya mengambil pelajaran dari satu degupan jantung. Saat Manusia Kecambah belum bisa bernafas, jantungnya sudah berdegup pelan di rahim bumi sebagaimana jantung kita berdegup saat di rahim ibu.

Inilah nasihat di balik tiap satu degupan jantung kita. Subhaanallaah, Maha Suci Allah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun