Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Arti Kesabaran yang Tak Terbatas

29 Maret 2024   08:30 Diperbarui: 30 Maret 2024   06:12 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: www.instagram.com/turuntangan

Singkat cerita pada kisah ini ketika kanjeng nabi Muhammad SAW berpulang kepangkuan Allah SWT. Si orang buta ini merasa kenapa  tidak ada orang yang datang lagi yang menyuapi makan?. Abu Bakar sebagai orang yang tahu kebiasaan Nabi Muhammad SAW meneruskan tugas mulia menyuapi si orang buta itu. 

Ada keanehan dalam diri si orang buta itu ketika disuapin oleh Abu Bakar, ia merasakan  cara menyuapinya berbeda, dalam hati orang buta itu berujar ini pasti bukan orang yang biasa menyuapi saya? Curiga tak berkesudahan akhirnya tertumpah dan si orang buta itu nyeletuk "Ini bukan orang yang biasa menyuapi saya",  akhirnya Abu Bakar pun tertunduk menangis dan kemudian mengakui bahwa yang setiap hari menyuapimu itu adalah Nabi Muhammad SAW,  aku adalah Abu Bakar yang menggantikan tugas beliau. Si orang buta ini akhirnya menangis tersedu-sedu dan bertobat.

Nah apa hikmah yang diambil dari kisah ini? Hikmahnya adalah kenikmatan kebahagiaan yang tak terbatas, bahkan kanjeng Nabi Muhammad SAW tidak pernah sampai merasakan kebahagiaan si orang buta itu. Karena apa? Manusia nan agung tersebut sudah pulang ke pangkuan ilahi. Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa puasa merupakan media pembelajaran dan berlatih untuk sabar,  latihan tidak mudah marah, latihan untuk tidak ngomong yang jelek, tentunya juga latihan tidak makan dan tidak minum.

Saya kira kita beruntung karena ada ajaran di semua agama yang teman-teman anut. Bahwa apabila kita dapat merasakan penderitaan apa yang dirasakan oleh orang lain maka sesungguhnya setelah mulai proses latihan itu akan muncul jiwa-jiwa "turun tangan".  Nah Jadi napas turun tangan itu adalah ekspresi dari proses latihan kita berpuasa, ajaran spiritualitas keagamaan sesungguhnya harus mewujud dalam aksi-aksi sosial kita, memantik sebuah aksi yang memiliki dampak positif pada sekeliling. 

Nah disitulah kemudian peran ajaran agama-agama apapun itu menjadi konkret karena memang mendorong, menstimulasi orang-orang itu untuk berbuat baik. Karena apa? Karena apabila tidak ada ajaran seperti itu sudah menjadi habit atau tabiat manusia untuk memuaskan diri sendiri, healing contohnya. Agama itu tidak melarang orang healing,  tidak melarang orang bersenang-senang tetapi diarahkan sehingga ketika bersenang-senangnya Diarahkan, maka senang-senang itu tidak destruktif baik destruktif terhadap dirinya sendiri keluarga dan manusia lainnya.

Teman-teman ketika berbuat sesuatu itu kan sebenarnya bersenang-senang, contohnya ketika Baksos Gerakan Malam (GERAM) Ini kemarin mungkin ada yang mau ke tempat wisata-wisata yang lain,  malam-malam Anda keliling membagikan makanan  senang bukan? Seperti yang  sering saya katakan bahwa anda membantu orang yang mendapat benefit manfaat paling banyak itu sevara tidak langsung adalah bukan orang yang anda bantu.

Bayangkan saja Gerakan Malam dengan berboncengan motor keliling kota membagikan nasi bungkus kira-kira hal apa yang dirasakan oleh si penerima bantuan tersebut apa? Mendapat nasi yang hanya saja mengobati lapar seharian, dapat tidur nyenyak malam itu juga walaupun besoknya seharian menahan lapar  lagi, akan tetapi anda yang menjalankan itu memiliki benefit seumur hidup yang dapat diceritakan ke adik-adiknya, saudaranya bahkan ke anak-anak anda kelak,   artinya anda kan menikmati "kenangan produktif" itu seumur hidup. Kesimpulannya adalah  berkomunitas di Turuntangan bareng-bareng melakukan kebaikan,  sehingga ketika kebaikan itu dilakukan bareng-bareng maka akan menjadi terasa ringan.  []

Yuk Baca artikel-artikelku yang lain di sini... :

Dukungan para Pelaut untuk AMIN 

Jika Pilpres Dua Putaran, AMIN Jadi Pemenangnya 

Mengisi Diskusi Peran Mlenial Dalam Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun